Sejumlah pedagang dan peternak sapi yang ditemui Tempo di pasar tanah merah mengaku belum dapat memastikan penyebab menurunnya harga jual sapi dipasaran. "Saya beli sapi antara 8 sampai 10 juta, setelah dibawa ke pasar ditawar murah hanya 6 sampai 6,5 juta, saya gak tahu kenapa begini," kata Makruf, 40 tahun, pedagang sapi Tanah Merah, Selasa (25/5).
Makruf menduga merosotnya harga sapi ini karena tak terbendungnya pasaokan sapi impor ke wilayah Madura. Dugaan ini muncul karena pasokan daging sapi dipasaran tetap cukup memenuhi kebutuhan kosumen, meski daya beli sapi sedang menurun. "Terus dari mana pedagang di pasar memperoleh daging sapi, pasti sapi luar," tuturnya.
Mahrus pedagang sapi lainnya, mengaku terpaksa melepas sapi dengan harga murah karena setelah ditawarkan kesana kemari, tetap ditawar dengan harga murah. Padahal, kata dia, biaya pakan dan perawatan sapi saat ini terus meningkat. dari biasa Rp 30 ribu perhari, naik menjadi Rp 40 ribu perhari termasuk pembelian konsentrat. "Mau tak mau dijual, walau rugi," ujarnya.
Sementara itu, Marzuki penjual daging sapi di Pasar Lemah Duwur Bangkalan mengatakan pihaknya memang sengaja menawar sapi lokal dengan harga murah. Sebab, jika harga beli terlalu mahal, maka harga jual daging dipasaran turut tinggi sehingga banyak konsumen yang enggan membeli daging. "Percuma harga tinggi, tapi sepi pembeli, kami juga rugi," terangnya.
Mengenai masuknya sapi impor, Marzuki menilai di Madura serbuan daging sapi impor tidak separah di wilayah jawa. Dia mengaku menolak menjual daging sapi impor karena takut berpenyakit selain itu rasanya berbeda dengan daging sapi lokal.
Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Peternakan Bangkalan Syahrul Mukarrom belum dapat dikonfirmasi soal merosotnya harga sapi yang diduga karena maraknya sapi impor.
Namun, sebelumnya dia mengatakan sejak awal pihaknya telah mengeluarkan larangan masuknya sapi luar daerah ke Bangkalan. Larangan itu bertujuan untuk menjaga kemurnian sapi lokal di Madura. Serta menjaga kelestarian peternak sapi lokal.
MUSTHOFA BISRI