Selama ini, ungkap Kadarisman yang dihubungi Tempo pada Selasa (25/5), yang menjadi persoalan PLN ialah masih kurangnya jaringan yang dimiliki, serta keadaan geografis Provinsi Bengkulu yang semakin besar merupakan hutan.
"Salah satu contoh Desa Pakuaji di Bengkulu Tengah yang berada didekat hutan lindung dan Taman Nasional, selain membutuhkan biaya besar, pemasangan jaringan juga sulit karena posisinya yang terpencil," katanya.
Kadarisman mengakui jika tidak hanya mereka yang tinggal dipedesaan, mereka yang berada di daerah perkotaan terpaksa harus mengantri jika memasang listrik. Daftar tunggu yang ada di PLN cabang Bengkulu saat ini saja telah mencapai 18.000 calon pelanggan.
PLN Bengkulu saat ini hanya mampu melayani 61, 5 persen dari 235.000 pelanggan yang ada. Setiap tahun terjadi peningkatan permintaan pemasangan listrik cukup signifikan yaitu 11-13 persen, permintaan tersebut termasuk yang tinggi di Indonesia.
Melalui program listrik 2009, PLN cabang Bengkulu mendapat anggaran Rp 154 Milyar, lanjut Kadarisman yang akan dipergunakan untuk meningkatkan jaringan distribusi listrik ke seluruh wilayah Bengkulu yang rencanannya akan dimulai tahun ini.
"Sebenarnya anggaran tersebut masih kurang untuk memenuhi seluruh kebutuhan listrik, makanya kita meminta bantuan DPRD agar dapat mendorong pemerintah pusat agar menyediakan setidaknya Rp 300 Milyar," ungkap manajer PLN tersebut.
Sementara ketersediaan daya sendiri menurut Kadarisman tidak menjadi persoalan, karena dari dua pembangkit listrik yang ada, PLTA Musi memiliki 210 MW dan PLTA Tes 17 MW. Sementara daya yang dibutuhkan hanya 105 MW.
PHESI ESTER JULIKAWATI