Menurut Prabowo, Pasukan Kostrad yang di-BKO-kan dalam operasi tersebut berada di bawah komando Pandam Jaya Djaja Supratman sebagai kepala operasi tersebut. Karenanya, ia bahkan tidak mengetahui posisi pasukan tersebut saat itu.
Ia pun membantah isu yang mengatakan bahwa pasukan siluman tersebut berasal dari pasukannya yang melakukan desersi. “Setiap saat, sejak berdirinya (Indonesia) itu pasti ada. Tapi, kalau dalam jumlah banyak tidak ada,” kata dia. Bahkan, dengan nada emosional, Prabowo menyangkal keterlibatannya dalam huru-hara pascainsiden 12 Mei itu.
Seperti diketahui, pada 13 Mei, huru-hara besar melanda Kota Jakarta. Kerusuhan itu diwarnai dengan aksi penjarahan dan pemerkosaan. Akibatnya, nilai rupiah sempat anjlok drastis terhadap dolar Amerika.
Ketika salah seorang anggota Pansus, Don Murdono dari Fraksi PDIP, mengkonfirmasi desas-desus adanya upaya pemberontakan yang diprakarsai Prabowo, ia mengelak keras. Ia malah mengaitkan desas-desus itu dengan kemungkinan adanya campur tangan asing.
Dalam rapat yang berlangsung sekitar lima jam ini, menantu mantan Presiden Soeharto ini menyarankan agar Pansus mencari film dokumenter yang dimiliki CNN dan Reuters. Menurut Prabowo, ia mendapatkan informasi dari seorang wartawan Majalah Time bahwa film itu bisa membantu menyingkap peristiwa yang terjadi saat itu. “Saya sendiri belum melihat video itu. Tapi, saya yakin, hal ini penting,” ujar dia.
Dengan melihat film itu, kata dia, Pansus bisa mengetahui babak-babak peristiwa yang menewaskan enam mahasiswa itu, termasuk pasukan mana yang menggunakan peluru tajam. Ia juga menyarankan agar Pansus menggunakan para ahli forensik dari negara-negara maju yang independen, seperti Jepang.
Pada kesempatan itu, ia mengatakan, kemungkinan aksi penembakan itu dilakukan pasukan yang lelah dan penuh tekanan. Apalagi, sehari sebelum insiden itu, seorang kapten polisi terbunuh di Bogor. Hal ini, menurut Prabowo, dapat mengakibatkan dendam yang membuat polisi lepas kendali saat bertugas.
Menanggapi keterangan Prabowo itu, Ketua Pansus Panda Nababan, menyesalkan isi keterangan yang tidak berbeda dengan keterangan para jenderal lain yang diduga terlibat. Panda pun mempertanyakan sikap mereka yang mengaku menyesal tapi enggan bertanggung jawab. “Kalau seperti itu, berarti itu cuma retorika mereka saja,” kata dia kepada wartawan selepas rapat Pansus. (Anggoro Gunawan)