TEMPO Interaktif, Ampana - Sebanyak 11 orang balita di wilayah kepulauan Kabupaten Tojo Una-Una, Provinsi Sulawesi Tengah, terindentifikasi kondisi gizi buruk, sehingga wilayah tersebut dinyatakan mengalami Kasus Luar Biasa (KLB).
“Sebelas kasus tersebut terindentifikasi, setelah dilakukan pendataan dan survei oleh tim Gizi dan Kesehatan Komunitas di empat kecamatan yang ada di wilayah kepulauan yakni Kecamatan Walea, Walea Kepulauan, Una-Una dan Togean,” kata Kepala Seksi Gizi dan Kesehatan Komunitas Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tojo Una-Una, Taufan H. Tandri Minggu (24/1) di Palu.
Dia menyebutkan, 11 kasus gizi buruk yang ditemukan tersebut di antaranya di Desa Bambu, Baulu, Dolong B, Kalia, Katupat, Molowagu, Pulau Enam, Pasokan, Pautu, Siatu dan Pulau Una-Una.
Adapun 11 kasus tersebut, kata Taufan, ditemukan pada balita dari lahir hingga 5 tahun dan merupakan hasil dari 1.200 sample yang diambil di sejumlah desa yang menjadi tempat pendataan dan survei status Gizi dan Kesehatan Komunitas, yang dilakukan pihaknya selama 10 hari --berlangsung sejak 4 hingga 15 Januari 2010. Dimana setiap kecamatan diambil sample sebanyak 300 balita.
“Dari analisa medis yang kami lakukan menyimpulkan secara klinis 11 orang balita tersebut telah terlihat kondisi gizi buruk,” jelasnya.
Dia mencontohkan, di Desa Katupat Kecamatan Walea Kepulauan, balita berumur 11 bulan memiliki berat lima kilogram, balita di Desa Kalia berumur 18 bulan memiliki berat lima kilogram dan di Desa Pautu, balita 30 bulan memiliki berat tuju kilogram.
“Kasus ini ibarat gunung es terlihat sedikit dipermukaan padahal di dalamnya cukup banyak. Dimungkinkan kasus ini bukan hanya terjadi di wilayah kepulauan tetapi juga terjadi di wilayah darat,” katanya.
Dia menjelaskan, faktor yang menyebabkan kondisi itu terjadi di wilayah kepulauan yakni kurangnya pelayanan kesehatan kepada masyarakat, yang seharusnya dilakukan setiap saat namun kurun tiga hingga enam bulan terakhir tidak dapat dilakukan, akibat minimnya dana dan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan.
Selain itu faktor kemiskinan juga menjadi salah penyebab terjadinya kasus tersebut dan penanganan kasus yang hanya terfokus pada penanganan gizi buruk sehingga pada kasus gizi kurang tidak tertangani secara maksimal serta faktor kesehatan lingkungan dimana masyarakat bermukim. “Banyak warga di wilayah ini tidak memiliki jamban di setiap rumah sehingga hal ini sangat mempengaruhi tingkat kesehatan lingkungan,” ujarnya.
DARLIS