Padang dan Pariaman Bebas dari Pemadaman Listrik Bergilir
Kamis, 5 November 2009 08:39 WIB
Kepala Humas PT PLN Sumatera Barat Asril Khalis mengatakan terbebasnya Padang dan Pariaman dari pemadaman bergilir karena kebijakan yang diambil PT PLN untuk meringankan korban gempa. Sebelumnya juga ada permintaan dari Gubernur Sumatera Barat agar tidak ada pemadaman bergilir untuk daerah korban gempa.
“Ini untuk membantu menghilangkan trauma masyarakat. Kalau malam-malam listrik ikut dimatikan, nanti makin trauma ke gempa. Padahal di Padang Pariaman saja hingga kini masih banyak yang tidur di tenda,” kata Asril Khalis, Kamis (5/11).
Ia mengatakan, banyaknya perkantoran, hotel, dan rumah yang roboh karena gempa membuat pemakaian listrik berkurang sebanyak 20 MegaWatt, sehingga kekurangan listrik di Sumatera Barat setiap hari sebelumnya 60 MegaWatt kini menjadi 40 MegaWatt.
Kekurangan 40 MegaWatt mengakibatkan tingginya jadwal pemadaman di kabupaten dan kota lain di Sumatera Barat di luar Padang dan Padang Pariaman. Akibatnya minggu lalu warga kota Sawahlunto berunjuk rasa ke PLN karena meminta pemadaman di daerah mereka dikurangi.
“Kami minta masyarakat bisa mengerti, karena Padang dan Padang Pariaman tidak kita padamkan listriknya karena mereka korban gempa. Akibatnya memang daerah lain jadi semakin banyak waktu pemadaman karena pemakaian listrik terbesar adalah di Padang,“ kata Asril Khalis.
Ia mengatakan, dalam seminggu terakhir waktu pemadaman listrik mulai berkurang karena datangnya musim hujan yang membuat empat Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang ada di Sumatera Barat bisa bekerja maksimal.
Pascagempa, jaringan utama listrik yang rusak sudah selesai diperbaiki.
“Kecuali rumah atau bangunan yang roboh, semua listrik di rumah dan perkantoran sudah menyala seratus persen,” kata Asril Khalis.
Akibat gempa, dari penghitungan sementara, PT PLN Sumatera Barat merugi Rp 170 miliar karena banyaknya jaringan yang rusak serta trafo yang berjatuhan. Namun tidak ada bangunan perkantoran PT PLN yang rusak.
FEBRIANTI