Tiap Akhir Pekan, Produksi Air Baku Jakarta Terpangkas Polutan
Jumat, 11 September 2009 06:56 WIB
Dia mengatakan, kualitas air baku untuk minum warga Jakarta yang dipasok dari Kanal Tarum Barat, Sungai Citarum, terkendala soal kadar polutan yang tinggi. Gara-gara itu, mesin pengolah air milik perusahaan yang dulu bernama Thames PAM Jaya (TPJ) kerap beroperasi setengah dari kapasitas produksi.
Persoalan air baku dari Sungai Citarum itu terletak pada kualitasnya, yang disebut Syahril sangat parah. Lonjakan polutan seringkali terjadi pada akhir pekan. “Terutama memang ketika hari libur atau week-end, akhir minggu, pada Sabtu Minggu, kami harus hati-hati,” katanya.
Kepala BPLHD Jawa Bara Setiawan Wangsa Atmadja mengatakan, polutan terbesar Sungai Citarum adalah limbah domestik rumah tangga. Porsi buangan bahan organik itu bisa mencapai 60 persen. Lainnya 30 persen limbah asal industri, sisanya berasal dari pertanian dan peternakan.
Namun dari segi kandungan kimianya, limbah industri lebih besar dibandingkan limbah domestik. “Walaupun kecil, tapi ada kandungan kimia yang sulit didegradasi secara alamiah,” kata Setiawan.
Parameter polutan yang menigkat paling tajam di Sungai Citarum itu di antaranya bakteri coli asal tinja manusia. Pihaknya sudah berusaha menekan angka polusi ini. Khusus untuk limbah domestik semacam tinja, kerjasama digeber bersama Dinas Pekerjaan Umum untuk pembuatan WC komunal.
Serangkaian kebijakan dikeluarkan untuk menekan polusi. Misalnya mewajibkan manajer di bidang pengendalian dan pengolahan limbah di perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Jawa Barat mengantongi sertifikat yang dikeluarkan Asosiasi Teknik Penyehatan dan Lingkungan Indonesia. Langkah lainnya membentuk pos penanganan hukum lingkungan terpadu bersama polisi dan jaksa.
Setiawan mengatakan, sepanjang tahun tidak ada satu pun parameter polusi yang dipindai dari Sungai Citarum mengalami penurunan. “Manusia terus bertambah, untuk menekan (pencemaran) tetap sama saja luar biasa susahnya, apalagi menurunkannya,” katanya.
PT Aetra Air Jakarta belum ada rencana untuk menaikkan kapasitas pengolahan air bakunya dalam 3 tahun ini. Lewat itu, baru ada rencana menaikkan kapasitas produksi untuk mengimbangi program Pemda DKI Jakarta yang tengah mengalihkan pemakaian ari tanahnya menjadi air minum olahan.
Saat ini Aetra mengolah 8.500 liter per detik air baku untuk memasok kebutuhan warga Jakarta atua setara dengan 22 juta meter kubik per bulan. Rekannya, PT Palyja mengolah 6 ribu liter per detik air baku. Saat ini pelanggan Aetra tercatat 382 ribu orang, akhir tahun ini perusahaan itu menargetkan meraup 385 ribu pelanggan.
AHMAD FIKRI