Menurut dia, para pengungsi Tim-Tim itu terkesan dimanja. Mereka diberi makan, sementara rakyat NTT atau masyarakat lokal tak diberi makan, harus mencari makan sendiri. Kalau sudah diberi makan masih juga biadab, tidak tahu sopan santun, maka saya tidak tanggung-tanggung, apakah saya akan menindaknya atau mengusir mereka keluar dari tempat pengungsian itu, tegas dia.
Situasi seperti itu, menurut Willem, sudah tidak pantas dikorbankan oleh pemerintah Indonesia. Security level five yang diberlakukan PBB di wilayah NTT, merupakan implikasi dari kehadiran pengungsi Tim-Tim. Perbuatan pengungsi seperti pembunuhan terhadap staf UNHCR memberi dampak bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kalau mereka mau bilang orang Indonesia tapi perilaku masih seperti begitu, bagi saya tidak ada artinya lagi. Bagusnya kita angkat dia kembali ke kampung halamannya sana. Dia sudah kumpul 23 tahun di repubrik ini kalau perilakunya masih seperti itu, maka saya nilai itu bukan perilaku sebagai orang Indonesia, tegas dia. (Rofiqi Hasan)