Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu, 10 Maret 2021. Kepala BPOM Penny K. Lukito beralasan proses penelitian dan pengembangan vaksin Nusantara tidak memenuhi kaidah etika penelitian dan pengembangan vaksin. TEMPO/M Taufan Rengganis
TEMPO.CO, Jakarta - Inisiator riset Vaksin Nusantara Terawan Agus Putranto menghadiri rapat dengan Komisi IX DPR RI mengenai pengawasan terhadap vaksin Covid-19 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 20 Juni 2022.
Mantan Menteri Kesehatan itu mengklaim Vaksin Nusantara tidak memerlukan vaksin dosis ke-3 atau booster untuk melakukan proteksi dari covid-19.
"Yang jelas hasil evaluasi 1 tahun uji klinis 1 dan 2, kemampuan untuk memproteksi COVID-19 masih tinggi. Artinya apa? Vaksin Nusantara tidak perlu booster. Ini hasil uji klinis, bukan kata saya," tuturnya.
Ia mengaku pengembangan vaksin Covid-19 menggunakan sel dendritik. Sel dendritik adalah Antigen Presenting Cell (APC) terkuat di tubuh manusia yang berperan penting dalam kekebalan tubuh imun.
"Oleh karena itu kami mengembangkan pembuatan vaksin COVID-19 yang menggunakan sel dendritik," kata Terawan
Ia mengatakan suntikan Vaksin Nusantara sudah cukup untuk menggantikan booster.
"Jadi ini bukan booster, suntikan saja sudah. Justru pakai ini tidak perlu booster,"
Selain itu, Terawan menyatakan Vaksin Nusantara dapat melawan subvarian Omicron termasuk BA. Sesuai aturan, ia akan menyiapkan 1.800 vaksin untuk nantinya diedarkan pada tahap pertama.
"Sudah, Omicron sudah lengkap, antigen yang ada yang baru itu sudah lengkap, termasuk Omicron dan varian-variannya," tuturnya.