TEMPO Interaktif, Makassar: Dea Adelia, bayi berumur dua tahun, meninggal dunia di Rumah Sakit Labuang Baji, Makassar, Sulawesi Selatan pada Sabtu (1/11), sekitar pukul 07.00 WITA, akibat menderita gizi kurang disertai penyakit sertaan yakni cacingan.
Setahun lalu anak ini pernah divonis menderita gizi buruk. Keluarga terpaksa menitipkan cincin kepada pihak rumah sakit untuk menebus mayat korban karena tidak memiliki uang cukup untuk membayar biaya perawatan.
Ibu korban, Fadillah, 20, mengatakan anaknya ini memang sudah sakit deman sejak sebulan ini, dan beberapa kali sempat mengeluarkan cacing dari mulutnya. Barulah Rabu (29/10) malam, anaknya dibawa ke rumah sakit setelah diberi uang Rp 100 ribu oleh iparnya. "Kata dokter, anak saya kurang protein dan menderita gizi buruk, jadi sampai di rumah sakit dokter memberi susu," kata Fadillah. Dea akhirnya meninggal tadi pagi sekitar pukul 07.00 WITA.
Tetapi pihak rumah sakit tidak memperbolehkan keluarga korban untuk membawa mayat korban karena tidak memiliki cukup uang untuk menebus biaya rumah sakitnya. Menurut Fadillah, biaya yang harus dibayar selama perawatan sebesar Rp 478 ribu sementara uang mereka hanya Rp 200 ribu.
Akhirnya Fadillah menitipkan dua buah cincin emas masing-masing 1,5 gram dan 2 gram, sebagai jaminan. "Kami terpaksa memberi uang Rp 200 ribu ditambah jaminan dua buah cincin emas untuk menebus mayat korban," kata tetangga korban Hasnaeni (38).
Fadillah tinggal bersama suaminya, Herman, 23, di rumah warisan orang tuanya di Jalan Monumen Emmy Saelan Lorong 1 Nomor 09 RT/RW 003 Kelurahan Tidung, Kecamatan Rappocini. Bersama dua anaknya Denada Citra, 3, dan korban Dea Adelia, 2, menempati kamar berukuran 3x3 meter, berdinding tripleks tanpa ventilasi dan berlantai tembok kasar.
Kamar ini salah satu bagian dari rumah seadanya, warisan nenek korban yang dibagi dalam lima buah kamar dengan dinding tripleks yang masing-masing dihuni lima saudaranya yang lain.
Herman mengaku bekerja sebagai sopir pengganti dengan penghasilan berkisar Rp 10-30 sekali narik, "kadang juga tidak dapat sama sekali," ujarnya, sambil memangku anak pertamanya di hadapan jenazah anak bungsunya. Kondisi mayat korban terlihat memprihatinkan dengan tubuh sedikit kurus dengan berat 6 kilogram saat ditimbang di RS Labuang Baji. Sementara itu perutnya tampak buncit.
Menurut Petugas Polik Umum Puskesmas Kassi-kassi, dr Bahrul Awamil yang ditemui di rumah korban, mengatakan jika melihat kondisi mayat maka ia dikategorikan gizi kurang dan ada penyakit penyerta, yakni cacingan yang terlihat dari perutnya yang besar.
Fatma Yusuf, ahli gizi Puskesmas Kassi-kassi, mengatakan setahun lalu anak ini pernah divonis gizi buruk dengan kategori kekurangan energi protein, yang dirujuk oleh Puskesmas Mangasa ke Puskesmas Kassi-kassi. Karena kurang gizi, maka anak ini diintervensi selama 90 hari atau 3 bulan, melalui posyandu Dahlia yang berlokasi di sekitar tempat tinggal korban.
Selama diintervensi, perkembangan korban cukup baik, tetapi kadang anak ini sesak dan batuk. Saat terakhir datang menimbang ke Posyandu, pertengahan Oktober, berat mendiang Dea hanya 7,5 kilogram. Menurut Fatma untuk anak usia 2 tahun berat normal seharusnya 8-9 kilogram.
Irmawati